14 February 2012

Danau Toba dan Pulau Samosir

Keindahan Danau toba tak diragukan lagi. Danau terbesar di Asia Tenggara ini selalu menarik minat wisatawan lokal maupun mancanegara. Danau yang membentang sepanjang 87 km dengan lebar 27 km ini berada di ketinggian 904 mdpl (dari permukaan laut) dan kedalaman maksimal 505 m.

Indahnya panorama danau dan lestarinya budaya Batak ditanah leluhur bersinergimenghadirkan keunikan tersendiri yang pastinya sayang untuk dilewatkan. Kehadiran pulau Samosir tepat ditengahnya pun menjadi tanda tanya lain yang selalu menggelitik nalar.

Dan ternyata masih ada lagi pertanyaan tentang Danau Toba yang bukan lagi menggelitik, tapi sudah menusuk-nusuk. Seperti ditemukannya Batu Gamping dipuncak-puncak bukit seputaran Danau Toba. Contohnya di daerah Sibaganding, Dolok Simarbalatuk, Dolok Sae-Sae, Dolok Simartimbang dan masih banyak lagi. Padahal Batu Gamping merupakan batuan sedimen yang hanya bisa terbentuk didasar laut.

Masih dalam ranah pertanyaan yang menusuk tadi, kita beralih ke sebuah cerita rakyat yang sangat terkenal yaitu Legenda Batu Gantung. Mitos ini tentang sebuah batu yang letaknya menggantung disebuah dinding batu dipinggiran Danau Toba. Legenda Batu Gantung ini juga sangat berkaitan erat dengan asal mula nama kota Parapat.

Dari legenda yang dibahas pada paragraf diatas, biasanya muncul tiga permintaan. Pertama, ceritain dong legenda batu gantung? Kedua, bagaimana pula asal usul nama kota Parapat? Dan yang ketiga, kok bisa ya batunya menggantung? Jelasin dong dari sisi ilmiah.

Tapi setelah dipikir-pikir, sepertinya kurang mengena jika bagian dari tujuan wisata Danau Toba itu diceritakan sekaligus. Tentunya akan lebih menarik jika berkunjung langsung ke Danau Toba, melihat wujud aslinya sembari mendengarkan penjelasan dari pemandu wisata. Gimana, asyik bukan?


Dalam konteks sejarah terbentuknya Danau Toba, Orang Batak punya versi tersendiri. Cerita rakyat (folklore) ini cukup terkenal dan masih menggema hingga kini.

Menurut ceritanya, dahulu kala ada seorang pencari ikan bernama Toba. Suatu ketika ia berhasil menangkap seekor ikan mas dan membawanya pulang. Sesampainya dirumah, ikan mas yang ternyata penjelmaan seorang putri itu memohon kepada Toba agar tidak memakannya. Toba menuruti permintaan itu dan sang putri kembali ke wujud aslinya lalu merekapun menikah. Sesaat sebelum menikah sang putri meminta kepada Toba agar jangan pernah menyinggung asal-usulnya dan anak keturunannya nanti.

Tahun berlalu, kini mereka memiliki seorang anak laki-laki yang diberi nama Samosir. suatu hari sang putri meminta kepada Samosir untuk mengantarkan makan siang Toba yang sedang berada dikebun. Diperjalanan Samosir menjatuhkan makan siang itu. Meski sudah memungutnya namun sisa-sisa pasir dan debu tak bisa disembunyikan. Toba yang sudah sangat lapar pun marah dan berkata: Na botul do ho anak ni dengke. Dang suman pangalahom songon jolma. Lao ho sian on dengke! Artinya kira-kira begini: Kau benar-benar anak ikan. Tak pantaslah sifatmu seperti manusia. Pergi kau dari sini Ikan!

Ternyata, dari kejauhan, istrinya mendengar. Samosir lalu berlari ke ibunya sambil menangis. Toba pun menyadari perbuatannya tapi semua sudah terlambat.

Samosir diperintahkan oleh ibunya untuk pergi ke gunung dan memanjat pohon tertingi. Lalu tiba-tiba petir menyambar-nyambar. Hujanpun turun dengan derasnya menjadikan sungai-sungai meluap.

Lalu sang putri kembali menjadi ikan. Sungai-sungai kini bersatu menjadi danau yang sekarang dikenal dengan Danau Toba. Sedangkan gununug tempat Samosir berada berubah menjadi pulau di tengah-tengah danau dan diberi nama pulau Samosir.

Tentu saja cerita rakyat diatas kini tak lagi relevan. Perkembangan ilmu pengetahuan manusia menemukan teori-teori baru tentang sejarah terbentuknya Danau Toba.

Pada tahun 1939, Reinout Willem van Bemmelen seorang geologis Belanda  mengemukakan teorinya tentang sejarah terbentuknya Danau Toba. Teori van Bemmelen menyatakan bahwa Danau Toba terbentuk dari letusan gunungapi 74.000 tahun yang lalu.

Awalnya teori van Bemmelen menjadi sebuah kontroversi namun hal ini pulalah yang mengundang minat ratusan geolog dunia untuk terjun dan meneliti langsung sejarah terbentuknya Danau Toba.
Lalu apa yang mereka temukan?

Ternyata teori van Bemmelen benar dan sesuai dengan bukti-bukti geologi. Disekitar Danau Toba ditemukan lapisan ignimbrite yang menutupi batuan. Lapisan tersebut merupakan batuan vulkanik berbentuk debu dan batuan vulkanik lainnya yang mengandung senyawa feldspar-kuarsa. Senyawa ini hanya bisa dihasilkan oleh gunungapi.

Selain itu, para ahli terkejut ketika menemukan fakta bahwa gunungapi purba yang disebut van Bemmelen dengan Tumor Batak ternyata sangat besar. Gunungapi purba ini merupakan gunungapi raksasa, istilah geologinya supervolcano.

Letusan megakolosal Tumor Batak diperkirakan memuntahkan bahan-bahan vulkanik sebanyak 2.800 km3 dan tertiup ke arah barat. Debu vulkanik yang terbawa angin ini menutupi hampir separuh bumi. Terbentang dari tanah batak hingga ke China dan sampai ke Afrika Selatan. Menurut bukti DNA dari tulang belulang manusia yang ditemukan berada dibawah debu vulkanik Tumor Batak di India, letusan ini mengakibatkan suhu bumi turun drastis dan para ahli memperkirakan 60% populasi manusia menjadi korban! Lebih dari separuh umat manusia saat itu tewas akibat letusan ini. Luarbiasa!

Bersumber dari wikipedia, ternyata penyebaran debu vulkanik ini mencapai Kutub Utara. Hal ini tentunya menjadi gambaran tambahan, betapa dahsyatnya letusan gunungapi Tumor Batak kala itu.

Wajarlah kiranya jika para ahli memperkirakan puluhan juta manusia yang ada di masa 74.000 tahun yang lalu tewas karena ledakannya. Dan menurut teori Toba Catastrophe ledakan ini mengakibatkan terjadinya migrasi manusia besar-besaran dan menimbulkan perubahan drastis genetika pada ras-ras Homo Sapiens.
Setelah letusan hebat itu, terbentuklah kaldera yang kemudian terisi air. Itulah Danau Toba yang kita kenal saat ini. Dan pulau samosir muncul akibat tekanan magma yang tertahan. Pengisian dapur magma yang terjadi hingga saat ini secara perlahan mengangkat Pulau Samosir.

sumber: indonesia.travel

No comments:

Post a Comment